Tulis gak ya, tulis gak ya ? Sebenarnya aku mau menyimpan semua kenangan ini cukup di hati dan pikiran saja. Tapi nyatanya semakin waktu berlalu ingatanku mulai memudar dan memang seharusnya aku berbagi cerita yang begitu menyenangkan ini. Mungkin ini bisa dibilang sangat terlambat untuk diposting meskipun sudah lama aku tulis di halaman kertas. Jadi gini, tahun 2019 menjadi tahun ke 8 diselenggarakannya Java Summer Camp (JSC). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Sleman ini dihadiri oleh 250 orang peserta yang terdiri dari 41 negara. Dan ini adalah kali pertamanya aku mengikuti even tersebut. Awalnya ragu sih, gak usah ikut aja kali ya ? kan lagi banyak tugas di kampus (batinku). Tapi ini kan kesempatan ! yakin gak mau ikut ? mumpung kampus mau daftarin, pasti ke angkut nih (perang batin). Tak sampai satu kali dua puluh empat jam, akupun mendaftar lewat dosenku. Dan benar saja, tepat tanggal 11 Oktober aku berangkat bersama enam belas mahasiswa lainnya dikampusku. Kumpul sejak pukul enam pagi, kamipun berangkat menuju Candi Banyunibo dengan salah satu transportasi ojek online. Sayang sekali, kampus gak ada yang mau ngantar, huh! Ok, langsung saja. Inilah ceritanya
Hari Pertama
Hari Pertama diawali dengan registrasi peserta yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB di kawasan Candi Banyunibo. Tapi aku berangkat kepagian deh kayaknya ? soalnya belum ada banyak peserta yang datang, panitia juga belum siap dan registrasi belum dibuka. Jadi ya harus sedikit menunggu gitu. Registrasi dimulai dengan tanda tangan, pembagian kaos, dan dilanjutkan untuk pembagian tenda serta kelompok. Oke, tanda tangan sudah sepuluh kali kemudian aku lanjut untuk menuju tenda nomor 27 yang berada persis di paling pojok utara. Sayang sekali nih gak satu tenda dengan bule, hehe..
Karena kegiatan dimulai sejak pagi, panitia juga telah menyiapkan sarapan untuk para peserta. Tunggu apa lagi, langsung makan dong. Kalau urusan makanan sih gak perlu menunda-nunda deh, yang penting perut bahagia. Menu sarapan yang pertama kali ini ada aneka masakan desa . Karena tadi datangnya lebih awal, jadi gak perlu antri dan bisa ambil banyak. Kesempatan yang baik bukan ? Tapi ingat, makan terlalu banyak juga tidak baik untuk kesehatan, ingat teman itu juga penting.
Tenda wanita |
Karena kegiatan dimulai sejak pagi, panitia juga telah menyiapkan sarapan untuk para peserta. Tunggu apa lagi, langsung makan dong. Kalau urusan makanan sih gak perlu menunda-nunda deh, yang penting perut bahagia. Menu sarapan yang pertama kali ini ada aneka masakan desa . Karena tadi datangnya lebih awal, jadi gak perlu antri dan bisa ambil banyak. Kesempatan yang baik bukan ? Tapi ingat, makan terlalu banyak juga tidak baik untuk kesehatan, ingat teman itu juga penting.
Karena menunya tergolong masakan desa, cocok banget nih sama suasana sekitar. Selain murah dan mudah diolah, masakan yang disajikan juga bermanfaat untuk mengenalkan bule pada masakan tradisional di Yogyakarta, terutama Sleman. Supaya lebih ramah lingkungan, panitia juga hanya menyediakan gelas dan refil minum agar mengurangi sampah plastik. Para pesertapun juga telah dihimbau sejak jauh-jauh hari agar membawa botol minum masing-masing. Tips juga nih, kalau ada acara atau kegiatan diluar datanglah lebih pagi supaya punya banyak waktu untuk leyeh-leyeh sambil nunggu peserta lain datang. Santuy !
Jemparingan Mataraman
Kegiatan pertama diawali dengan Jemparingan yang merupakan olahraga memanah khas Kerajaan Mataram. Berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta atau dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta. Keberadaan jemparingan ini sudah ada sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Dulunya olahraga ini hanya dilakukan dilingkungan Kerajaan Mataram saja tapi seiring berjalannya waktu seni memanah ini semakin diminati dan dimainkan banyak orang dari kalangan rakyat biasa. Di Jogja, banyak juga sekelompok orang yang membentuk komunitas jemparingan dan membuka pelatihan yang ditujukan untuk umum, ada yang gratis dan berbayar.
Belajar Jemparingan |
Meskipun aku tinggal di Jogja, ini adalah pengalaman pertamaku belajar memanah, terutama dengan gaya khas Jemparingan Mataraman. Benar- benar pengalaman yang menakjubkan. Ternyata ini bukan kegiatan yang sekedar memegang busur dan melepas panah begitu saja. Kita dituntut untuk mengetahui dasar-dasar dan filosofinya terlebih dahulu sebelum memegang alatnya hingga saat memanah. Untuk jemparingan sendiri mungkin awalnya terlihat mudah, namun berbeda saat melakukannya. Jemparingan dilakukan dengan duduk bersila serta memakai pakaian khas Jawa. Saat memanahpun bukan hanya mata saja yang difokuskan, namun perasaan juga harus sejalan.
Belajar Sejarah Candi Banyunibo
Setelah semua mencoba Jemparingan, kegiatan selanjutnya adalah kenalan lebih dekat dengan Candi Banyunibo. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok lagi untuk dijelaskan mengenai Cagar budaya dan sejarah Candi Banyinibo yang disampaikan oleh perwakilan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Tak hanya mendengarkan, kami juga diberi beberapa soal yang harus dijawab dan dikumpulkan. Seru, disini kami saling berdiskusi untuk menjawab soal dengan berbahasa Indonesia tapi campur dengan bahasa Inggris juga. Oh iya ini kelompokku di JSC 2019, namanya Suketi.
Dalam bahasa Jawa, Candi Banyunibo berarti air menetes atau jatuh. Candi ini merupakan candi Budha yang terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan lokasinya berada tidak jauh dari kompleks Ratu Boko, Candi Barong, dan juga Candi Ijo.
Mendengarkan penjelasan |
Salah satu penampilan di acara pembukaan |
Tepat pukul 15.00 WIB Upacara Pembukaan pun mulai berlangsung. Selain sambutan, acara juga dimeriahkan oleh beberapa penampilan seperti pentas seni tari dan keroncong. Pembukaan Java Summer Camp ditandai dengan ditiupnya peluit bambu secara bersamaan.
Menyaksikan Ramayana Ballet
Ramayana Ballet merupakan Merupakan pertunjukan tari dan drama tanpa dialog. Sendratari ini rutin diadakan di panggung terbuka dengan latar belakang candi Prambanan. Tari ini bercerita tentang perjalanan Rama saat menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana, sang raja Alengka.
Nah, kali ini aku berkesempatan melihat pertunjukan ini untuk pertama kalinya. Tarian yang ditampilkan begitu indah dan memukau, terlebih lagi pertunjukannya yang berada di outdor dengan berlatar belakang Candi Prambanan dan di iringi langsung oleh serangakain musik gamelan. Setelah pertunjukan selesai, rombongan JSC pun kembali ke kawasan Candi Banyunibo untuk beristirahat sebelum melanjutkan kegiatan pada hari kedua.
Para penari |
Nah, kali ini aku berkesempatan melihat pertunjukan ini untuk pertama kalinya. Tarian yang ditampilkan begitu indah dan memukau, terlebih lagi pertunjukannya yang berada di outdor dengan berlatar belakang Candi Prambanan dan di iringi langsung oleh serangakain musik gamelan. Setelah pertunjukan selesai, rombongan JSC pun kembali ke kawasan Candi Banyunibo untuk beristirahat sebelum melanjutkan kegiatan pada hari kedua.
Hari Kedua
Supaya lebih bersemangat, di hari kedua ini diadakan senam pagi bersama-sama sejak jam 06.00 WIB lengkap dengan pemanasan hingga pendinginan yang dipandu oleh salah satu mas mas dari Saka Pariwisata Sleman (maaf lupa namanya). Tak cukup disitu saja, karena belum berkeringat senamnya dilanjutkan dengan berjoget bersama.
Perempuan yang berbaju putih itu namanya Hinako, aku sempat berkenalan dengannya. Tak disangka dia fasih berbahasa Indonesia, bahkan setara dengan bahasa gaul kita wkwk. Untuk menutup senam pagi ini, kontingen dari Papua juga mengajak para peserta untuk menari gemu fa mi re. Heu, seru parah ini mah! Bikin hidup jadi lebih bersemangat. Maklum, biasanya aku gak pernah senam, paling-paling bangun tidur langsung rebahan lagi. Terus nih setelah selesai, para peserta kembali di arahkan untuk segera bebersih diri dan sarapan. Kegiatan selanjutnya dimulai pukul delapan untuk famtrip ke beberapa destinasi di Sleman.
Senam bersama |
Perempuan yang berbaju putih itu namanya Hinako, aku sempat berkenalan dengannya. Tak disangka dia fasih berbahasa Indonesia, bahkan setara dengan bahasa gaul kita wkwk. Untuk menutup senam pagi ini, kontingen dari Papua juga mengajak para peserta untuk menari gemu fa mi re. Heu, seru parah ini mah! Bikin hidup jadi lebih bersemangat. Maklum, biasanya aku gak pernah senam, paling-paling bangun tidur langsung rebahan lagi. Terus nih setelah selesai, para peserta kembali di arahkan untuk segera bebersih diri dan sarapan. Kegiatan selanjutnya dimulai pukul delapan untuk famtrip ke beberapa destinasi di Sleman.
Mengunjungi Rumah Dome
Famtrip pertama yaitu berkunjung ke rumah Teletubbies, rumah dome maksudnya. Dulunya rumah dome dibangun untuk memberikan tempat tinggal bagi warga yang kehilangan rumah pasca gempa Yogyakarta pada 2006. Terutama pada warga Nglepen, Dusun Sengir, Kelurahan Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman yang saat itu puluhan rumahnya yang berada di bukit Nglepen ambles sedalam 7 meter akibat gempa. Rumah dome tersebut merupakan bantuan dari Domes For The World, lembaga nirlaba dari Amerika Serikat. Saat tiba disana, kami langsung disambut dengan pertunjukan musik yang begitu sederhana namun unik. Dilantunkan oleh beberapa warga dengan menggunakan alat tradisional.
Sambutan di rumah dome |
Karena warganya yang telah lama bangkit dari keterpurukan yang menimpa saat gempa 2006 lalu, kini mereka telah memiliki tempat tinggal yang layak dan mampu membuat paket wisata yang unik dan berbeda dari desa wisata lainnya. Meski begitu rumah dome saat ini sudah sangat berbeda dibandingkan dengan yang dulu, terlihat lebih padat karena banyak bangunan-bangunan tambahan yang menempel pada rumah dome. Berbeda dengan rumah pada umumnya, dome yang berbentuk kubah ini memiliki dua lantai dengan empat ruangan, juga disertai dua jendela dan dua pintu yang berada di depan dan belakang bagian rumah.
Meski setiap dome memiliki dapurnya sendiri, kamar mandinya berada terpisah dan harus saling berbagi dalam satu tempat yang sama. Selain diperuntukkan sebagai tempat tinggal, dome dengan ukuran yang lebih besar juga dibuat sebagai fasilitas umum seperti aula, mushola, dan pukesmas. Konsep dome ini di gadang-gadang menjadi rumah yang ramah dengan alam dan dipercaya tahan gempa, tahan api, dan topan. Bakalan betah gak ya kalau tinggil dirumah yang berbentuk dome seperti ini ?
Setelah mengunjungi rumah dome, masih ada banyak kegiatan yang tak kalah serunya sampai hari ketiga. Penasaran kan, yuk baca juga lanjutannya di Serba Serbi Kegiatan di Java Summer Camp (Part 2)
Setelah mengunjungi rumah dome, masih ada banyak kegiatan yang tak kalah serunya sampai hari ketiga. Penasaran kan, yuk baca juga lanjutannya di Serba Serbi Kegiatan di Java Summer Camp (Part 2)
Acara yang seru ya kak. Pengalaman banget deh ikut ginian. Jadi pingin hihihi. Btw kalo beratin tugas kampus malah bisa-bisa nggak jadi ngikut...
BalasHapusSeru banget nih Kak acaranya. Bisa dapat teman dari 41 negara berbeda lagi. Kegiatannya juga menarik. Waah, semoga ada lagi ya kegiatan kayak gini, jadi pengen ikut.
BalasHapuswah asik nih berkesempatan ikut acara ini, bisa menambah pergaulan dengan beberapa negara peserta, sekaligus pertukaran budaya.
BalasHapusIh asyiknya, kayanya seru abis. Saya jadi kangen nonton Ramayana Ballet. Magical sih waktu itu saya nontonnya di Candi Prambanan.
BalasHapusSalutlah anak-anak sekarang banyak aja acara summer camp-nya. Dulu aku belum nemu info begini. Atau karena gak gaul, ya.
BalasHapusJemparingan seru ya, belum pernah coba, biasanya pakai busur biasa target jarak dekat, coba kesempatan ikutan ini pasti seru sekali nih kak
BalasHapusSeru banget acaranya. Itu kegiatan rutin tahunankah? Yang bisa daftar buat ikutan siapa aja?
BalasHapusBeruntung banget bisa ikut Java Summer Camp, percaya deh bakalan jadi pengalaman tak terlupakan selama hidup. TUgas kuliah bisa nunggu, atau diulang mata kuliahnya, hehe. Terbukti bisa latihan memanah alias jemparingan gaya Mataraman. AKu belum pernah jadi mupeng juga sih. Apalagi menyaksikan Ramayana ballet, belum pernah. Dah tahun lalu liat orang menari tradisional, pas acara di Surabaya. Kalau di Prambanan pasti auranya beda banget. Plus bisa nyobain makanan tradisional Jogja, ngilerrr. Istriku penasaran banget tuh sama rumah dome, kok bisa ya yang terlihat kecil gitu ternyata dua lantai? Bisa ga diduplikasi di daerah lain? Keren loh itu....
BalasHapusAq kok mupeng banget pingin ikut acara seperti ini, tiap kali ada form pendaftaran selalu daftar, tapi selalu gak beruntung dan tidak bisa masuk list
BalasHapusSeru banget ini kak, apalagi bersama teman-teman. jadi ingin ikut juga java summer
BalasHapusKok ragu sih mba untuk menuliskan pengalaman kece ini? Padahal dengan menuliskannya, banyak orang yang bisa ikut menikmati keseruan acara ini, meski tidak ikut hadir di dalamnya. Btw, asyik banget ya bisa ikut acara seperti ini.
BalasHapusSeru banget bisa ikutan Java Summer Champ. Bisa kumpul dengan peserta dari berbagai daerah dan negara. Bahkan jadi mengenal sejarah tentang Ngayogjokarto berikut kesenian, tradisi dan peninggalannya. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan pastinya. Jadi pengen baca cerita selanjutnya.
BalasHapusJava Summer Camp pasti jadi cerita seru yang ngga bakal terlupakan ya kak. bertemu dengan banyak teman dari berbagai negara dan berproses bersama sama. berkegiatan seru dan sekaligus bersahabat. Ada yang masih kontak sampai sekarang kak??
BalasHapusSeru banget nih acaranya, berkunjung ke tempat-tempat wisata kayak gini. Apalagi bisa melihat sendratari Ramayana, wah keren deh
BalasHapusSelalu menyenangkan pasti kalau ikut acara kayak gini, apalagi kalau pesertanya sangat plural, bisa kenalan sama berbagai macam budaya. Soal Dome itu kayaknya aku pernah baca juga emang kalau hunian yang bentuknya kayak gitu bisa lebih tahan gempa
BalasHapusYa ampun, kegiatan ini seru banget Kak. Cara daftar juga (terlihat) mudah ya. Kalau ada acara seperti ini aku pasti bakalan seneng banget bisa ikut. Oya, untuk panitia sendiri keuntungannya apa ya yg bs diambil dari peserta? Secara kalau liputan, sepertinya tidak diwajibkan ya.
BalasHapusWuaaaa seru banget acaranya ini
BalasHapusApalagi gabung banyak negara gitu, nambah teman, nambah pengalaman
Kegiatankegiatannya juga asyik banget ya
Itu yang memanah jemparingan tampak menarik deh. Jadi pengen coba juga euy
Wahhh acaranya keren abis ni...
BalasHapusSenangnya bisa ikut java summer camp...
Pasti jadi pengakaman yg berharga ya mbak...
Dapat banyak konten juga pastinya, hehe
Saya pernah baca artikel tentang kegiatan ini juga tapi lupa ding artikel siapa hehe, acara nya memang seru banget, selain ketemu beberapa orang dari berbagai negara dan juga nambah ilmu dan kecintaan kita dengan budaya Indonesia.
BalasHapusKalo ada pengalaman seru kayak gini mending jangan disimpan di hati aja, mbak, dituliskan seperti ini kan jadi yang baca pengen ikutan juga acara ini. *yang pengen ikutan itu aku, hihi
BalasHapusWah seru banget mbak acaranya? Rumah domenya unik gitu, apakah orang luar Jogja bisa menginap di situ mbak? Btw,jadi ingat masa-masa kuliah deh pengen balik lagi dan ikutan acara seru kayak gini. Dulu pas kuliah kebanyakan maen, haha
BalasHapusBaru tau aku ada Candi Banyunibo. Kalau rumah dome teletubies aku sudah pernah ke sana. Rumah penduduk gitu kan ya? Sayang pada waktu ke sana rumput² di halaman rumah masyarakat pada serut gitu. Kesannya kayak gak terawat. Padahal kalau dirawat dengan baik lumayan bagus
BalasHapusDulu saat masih single saya pingin banget bisa ikutan acara macam ini, mana nginep lagi. Lucky you, dapat pengalaman tak terlupakan macam ini
BalasHapusBeruntung banget bisa ikut acara camp kayak gini mba. Biasanya kegiatannya seru. Nambah banyak temen baru juga dari berbagai daerah atau negara.
BalasHapusasik juga ya ikut event seperti ini, nambah teman plus tambah pengalama yg gak akan hilang dari ingatan (kecuali pikun, he). Oh ya, brrti hanya khusus utk mahasiswa ya, kalo dari umum apa bisa ikut nih?
BalasHapusKegiatannya seru banget ya kak. Apalagi bisa bertemu banyak teman dari berbagai negara.
BalasHapus